YPT melalui Direktorat Primary&Secondary Education (PSE) menggelar Workshop Kurikulum untuk SMK TELKOM pada 11-12 Desember 2017 di Grand Tjokro Jakarta dan SMK Telkom Jakarta. Kegiatan ini diikuti 30 peserta yang terdiri dari Waka Kurikulum dan Ka Prodi dari SMK Telkom yang berlokasi di Pulau Jawa, selain pihak internal diikuti juga oleh wakil dari pemerintah dan industri.
Dalam kegiatan ini difokuskan bagaimana menjaga link & match pelaksanaan pembelajaran dan materi-materi terupdate yang dibutuhkan dunia industri serta aturan-aturan yang ditetapkan pemerintah agar bisa menjaga kualitas lulusan.
Hadir dalam workshop Pitoyo Nugroho mewakili Direktorat PSMK sedangkan dari dunia industri bergaung dari Huawei, Arcademy, Telkom DDS. Dalam workshop hari pertama yang khusus internal para Waka Kurikulum dan Ka Prodi melakukan sharing tentang kelebihan dan kesulitan yang terjadi di sekolah masing-masing dalam mengatur link & match sehingga bisa saling tukar pengalaman untuk perbaikan Telkom Schools.
Dalam pembukaannya VP Secondary and Vocational Education Yanuardi K.Baskoro mengatakan Yayasan Pendidikan Telkom, mengarahkan agar sekolah bisa link & match dengan dunia usaha dan industi. Sehingga lulusan SMK Telkom dinantikan oleh industri.
“Struktur kurikulum yang bagaimana yang sebaiknya dirancang oleh sekolah di tahun ajaran baru nanti akan diputuskan dalam workshop ini,”jelasnya.
Presiden Joko Widodo mengintruksikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk merevitalisasi SMK melalui Inpres Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK dalam rangka Peningkatan dan Kualitas dan Daya Saing SDM Indonesia. Yayasan Pendidikan Indonesia yang mengelola 10 SMK di Indonesia merasa tertantang untuk meningkatkan kualitas sekolahnya. Sejak tahun 2015 YPT telah membuat standar-standar untuk peningkatan sekolahnya standar itu dikenal dengan TS.2.O.
Dalam sharingnya Pitoyo Nugroho wakil dari Direktorat PSMK menuturkan konsep tripartit dalam link and match sekolah terdiri dari 3 pihak yaitu regulator yang mengatur pelaksanaan kerjasama, perusahaan sebagai destination penggunanya dan sekolah adalah inkubator.
“Kami yakin SMK Telkom telah berkembang maju karena dibangun dari industri besar sehingga bukan saja lulusannya bisa disalurkan ke industri yang dimiliki Telkom, namun sekolah ini berkembang sesuai bisnis yang dikelola oleh Telkom,”tuturnya.
Upaya link & match SMK Telkom sudah berjalan di SMK SMK yang dimiliki YPT. Seperti yang terjadi di Telkom Purwokerto dikenal dengan yaitu Zero Jobless yaitu dengan program sebagai berikut:
1.Membekali anak-anak agar dapat diterima bekerja secara profesional.
2.Menerbitkan sertifikasi Prakerin bukan hanya dilakukan di Telkom group namun dengan industri lain.
3.Mengatur Kurikulum yaitu memanfaatkan waktu 2 (dua) jam di hari Jumat sore untuk pendidikan karakter – dengan menghadirkan narasumber praktisi dari eksternal (kepolisian, BNN, alumni) juga lembaga lain yang memiliki keterkaitan dengan mata pelajaran
4.Memiliki program karyawisata disisipi dengan benckmark ke lembaga yang terkait dengan pelajaran normatif & adaptif.
Di SMK Telkom Malang Program link & match disambut baik meskipun SMK yang sejak awal berdirinya ini mengkhususkan pada bidang IT namun tuntutan link and match SMK ini mulai membuka prodi lain. Langkah ini diambil selain fakta yang terjadi di lapangan bahwa ketika masuk sekolah berebut prodi Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), sebaliknya pada saat mau lulus menolak dengan RPL alasan siswa kurang menyukai coding. Tuntutan siswa menguasai life skills menjadi perhatian dalam penyusunan kurikulum. (rin/DPSE)