Ahmad Alghozi menjadi nama yang banyak diperbincangkan di masa Pendemi COVID 19 di Indonesia, berkat inovasi alumni Telkom University ini terkait pencegahan dan penanganan penyebaran COVID 19. Gozie begitu sapaannya dan tim berhasil menciptakan Fight COVID 19 dan aplikasi ini telah digunakan di Pemprov Bangka Belitung .
Fight COVID 19 adalah aplikasi pelacakan pendatang yang masuk ke Bangka Belitung dengan menyimpan riwayat perjalanan yang datanya diambil dari GPS ponsel pendatang. Selain dipantau melalui aplikasi, para pendatang juga menggunakan gelang penanda.Aplikasi ini memudahkan pelacakan penyebaran virus dan penanganannya melalui karantina seseorang yang berpotensi terpapar COVID 19.
Kisahnya yang menarik dan inspiratif tersebut dikupas dalam acara Selasa Siang Sharing Sareng Senior (5S) pada Selasa (19/05) yang digelar oleh Yayasan Pendidikan Telkom. Karena saat ini pegawai tengah menjalankan Work From Home (WFH), maka acara digelar melalui video conference yang diikuti oleh pegawai Kantor Badan Pelaksana Harian (Lakhar) terdiri dari BOD YPT, Senior Leader dan juga staf.
Ghozie mengatakan produk yang dibuatnya merupakan bentuk kepeduliannya atas pandemi COVID 19 yang terjadi di Indonesia. Dirinya tergerak untuk memberikan solusi pencegahan penyebaran COVID 19.
“Apa yang kami lakukan ini, semata karena rasa kemanusiaan, dilakukan secara sukarela, saya tidak mencari nama terlebih mencari materi. Bukan kami tidak membutuhkan materi, namun apakah bermoral jika disaat sulit seperti ini kami mencari keuntungan,”ucap Pemuda asal Bangka Belitung ini.
Fight COVID 19 bukanlah produk inovasi pertama yang dibuatnya, berbagai inovasi telah dihasilkan oleh Ghozie dan tim. Menurutnya, ilmu yang telah didapatkan di perguruan tinggi, dilengkapi dengan pengetahuan dan ilmu yang berasal dari luar kampus membuatnya mampu untuk menciptakan berbagai produk inovasi.
Sukses tentunya bukanlah hasil kerja semalam, merupakan serangkaian upaya dilakukan secara konsisten. Ada tiga hal yang tidak boleh dilupakan seorang inovator, yang pertama menyusun target, target juga menjadi tujuan yang disusun oleh tim dengan kesepakatan bersama. Yang kedua adalah melihat semua sudut pandang, hal ini berarti perlunya mendengarkan masukan dari luar terkait produk yang telah diciptakan sebagai bahan improvement. Yang terakhir adalah mulailah bekerja.
“Jika tidak mulai untuk dikerjakan, makan tidak akan menjadi apa-apa produk yang kita rencakana. Semuanya hanya akan berakhir sebatas ide,”tuturnya.
Ghozie juga mengatakan alur inovasi, dimulai dari data, kemudian dibuatkan prototipe, dilanjutkan dengan testing (design), hal ini untuk mengetahui bagaimana pendapat user, setelah mengetahui kebutuhan user kita dapat membuat produk (build), kemudian melalkukan tes dan evaluasi (evaluate), dari hasil evaluasi tersebut kita sempurnakan produk yang dibuat (build).
“Serangkaian alur inovasi ini perlu dilakukan agar produk yang kita ciptakan dapat berumur panjang,”jelasnya.
Melalui sharing dari millennial berprestasi ini diharapkan dapat semakin memperkuat aktualisasasi niali-nilai YPT di era digital yaitu Integrity,Harmony,Excellent sebagai bagian dalam Telkom CODES, dalam kehihupan sehari-hari. (Purel/YPT)