Purwakarta – Yayasan Pendidikan Telkom melalui Direktorat Primary & Secondary Education, pada Rabu (29/03) menggelar forum Seminar Pentahelix Untuk Indonesia yang bertempat di Janani Grand Ballroom Hotel Harper Purwakarta. Seminar yang merupakan salah satu rangkaian acara Rakordik YPT ini mengangkat tema “Sekolah Vokasi Berkarakter Sebagai Pendukung Pembangunan Infrastruktur ICT Akses Fiber Optik dalam Menyukseskan NAWACITA”.
 
Turut hadir dalam seminar ini Direktur HCM PT. Telkom Akses Beni Sukawanto, Ketua Yayasan Pendidikan Telkom (YPT) Dwi S. Purnomo bersama jajaran Board of Director dan VP YPT, Para Pimpinan anak perusahaan YPT, Perwakilan Dinas Pendidikan Jawa Barat dan Jakarta, serta lebih dari 20 Kepala SMK Negeri maupun Swasta juga 52 Kepala Lembaga Pendidikan di bawah naungan YPT.
 
Konsep Pentahelix yang diusung dalam seminar ini fokus pada bahasan pemenuhan SDM Jaringan Akses dengan kolaborasi dari pihak stakeholder pentahelix yaitu Academic, Business, Community, Government, dan Media (A-B-C-
 
Adanya sekolah vokasi bidang jaringan akses fiber optik merupakan salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada khususnya di bidang SDM. Untuk lebih meningkatkan keberhasilan sekolah dalam mendidik SDM yang siap pakai di bidang jaringan akses fiber optik, maka diperlukan masukan dan diskusi komprehensif melalui Seminar Pentahelix. Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam acara seminar ini yaitu sharing informasi arah dan kebijakan Pemerintah RI dalam pengembangan sekolah vokasi dikaitkan dengan kebutuhan global, regional dan nasional atas pendidikan & kesiapan tenaga kerja.
 
Acara seminar ini turut mengundang lima narasumber dari masing-masing stakeholder
 
Dalam paparannya, Setditjen Thamrin Kasman menjelaskan Dapodik yang diterima oleh Dasmen saat ini mengenai sarana dan prasarana (sarpras) dari SMP sampai SMA sudah mencapai standar minimal. Pihak Dikdasmen harapkan ada kerjasama sekolah dan Pemda untuk melihat evaluasi standar yang dilakukan setiap tahunnya. Yang diperlukan dalam sekolah adalah sarpras yang ideal, contohnya adalah sekolah vokasi harus itu harus memiliki ruangan praktek yang lengkap dan memadai. Dari sisi SDM, Thamrin Kasman menjelaskan bahwa Dikdasmen mensupply SDM sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan pasar dan kelayakannya. Jumlahnya mencukupi pasar dan dipekerjakan memadai sesuai dengan kompetensinya.
? ?Kedepannya diharapkan volume untuk sertifikasi siswa dan lulusan agar diperbesar melalui Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Perannya, KKNI ini harus berbarengan supaya SDM dapat diterima oleh masyarakat. Tidak perlu menunggu lulus untuk mendapatkan sertifikasi karena yang terpenting adalah skill-nya,” ujar Thamrin Kasman yang ditemui usai memaparkan materi.
 
Sedangkan dari sisi akademik, Rina D. Pasaribu memaparkan bahwa pada tahun 2030, Indonesia akan punya tenaga kerja yang sangat banyak, dan disinilah menurutnya peran akademisi dibutuhkan. “Banyaknya tenaga kerja itu harus meningkatkan kewaspadaan kita karena itu bisa jadi manfaat atau mudarat, disinilah peran kita sebagai akadmisi untuk mengarahkan dan membangun SDM yang berkarakter dan berkualitas,” jelasnya di hadapan puluhan Kepala Sekolah Dikdasmen dan peserta seminar.
 
Gelaran seminar Pentahelix diakhiri dengan penyerahan cinderamata dari YPT untuk narasumber yang sudah mengisi sesi forum Ini. Dengan diselenggarakannya seminar ini, diharapkan dapat memberikan informasi kepada masing-masing stakeholder guna lebih bekerja sama untuk memperhatikan serta mengembangkan Sekolah Vokasi khususnya di bidang Akses Fiber Optik sehingga dapat menghasilkan SDM yang mumpuni dan mampu diserap oleh industri Jaringan Akses Fiber Optik. (MG Purel/YPT)